Bpd Adalah Penyakit
%PDF-1.7 %µµµµ 1 0 obj <>/Metadata 233 0 R/ViewerPreferences 234 0 R>> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/ExtGState<>/XObject<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/MediaBox[ 0 0 595.4 841.8] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 0>> endobj 4 0 obj <> stream xœí[KsÛȾ«Jÿaj/¤L3x R.§dK¶•µÖ[ɲ9�MÉA†&�Ò¿ßéîy@¬•ÁЇø@“óìéÇ×�±“÷«qÞ>=¹|qqÆÒ“7ãfÆ¢i3º8‹Ÿ=cÏÏ^°¥I ÿ¤¬KYQIÎdÎÉÖÓã£_ÿÄšã£çWÇG'/9ãœ]}<>âj`Ê8«D’Š‚UE�d’]-Ô Wï+6û¬Ve3ü%õ¯WÇGÿŒÎ⑈^ÇEô2Î#Ëè·(Ô|þs<âiô*åÑßã2:gjŒ=¿|«>ß�Bö^0½Âù?ÎßAÃoqü/võ×ã£sEæߎ�¾íPBˆ$—þ¡ð,úlØòDönu¢™„ìy~'ÝåÙ%r嚟ŸÇ£,zw�§È–Ó×,Víæî°<Ëê4©ÅyÆÎ/_0*'^9‘%…Tÿñ¤�¡IìÍ`ŠT$
%PDF-1.5 %µµµµ 1 0 obj <>>> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/ExtGState<>/XObject<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/MediaBox[ 0 0 595.32 842.04] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 0>> endobj 4 0 obj <> stream xœ¥Y[oÛÆ~7àÿ°�Ta¯¸7. ”¤ Üž)â¢i(K¶J”*‘ç ÿþÌÌ.¯"©ô°ÍåÎì\¾¹-—«S™=§O%ûþûåª,Ó§×í†}^>Ž-¿·Ë�éKV¤ev(~ø�½y÷–½y¼½Yþ$˜<ÔìñùöF°~3¡æ±d6‰¸’ìq{²Øüþ“e/g|z{ó9°‹¿ØãÏ·7?#dÖ�‹�+Ý%ÿ°‰½B(®á¨Xò8ÙË~üõ-cË�¨Ö¯oÞ±°'½dBöD—‰âJ1+,בç÷fq/ƒÕöð0!„R °èÍ !:B4'›�G‚E6á‰çñˆ?|øyµPÁï«…>°Å½ >.„~ÿou°úe5w�9HYÅCÕ;hVXµüWZ¼° ÛÜ?¼[Œ0ô>ˆ´ärÌ_õ€N¤<ÉŸedÆ)}Áˆ,¶‹{|Msü“•luB—[ü}‚×û¸¥¥ìyq.³?ð 1Y‘þ\ÌI�y7ŽyhúRͪf¯Z]I®bf"ËCÛ1˜ìÝv Ad ° ²s†XaT=%;°÷§ã—t—2POzõ&`.c‹±Ñ;q*. Ëšé½úÆSú.Rà Ör1#éŒÚÅ ‘wq|]È0Há)ÏJRœªZ9¡»áO†k2Ž[4Ñ <®½ÃÁnô. Àïð@¬WàtO�\6øk—¾¢½üæó@²¯ÒÎÒq(œÔ‘Hw×iÛºÈÃ6�ÚÓ—ta‚M6™=Bðm�c#%°K¼(ûuµÃëW·HïIaüÇ/”¤pç¬ØœûŸl�N‡báì|‚%:ʼ*éI8#”Û]‡_Ž»wÎ.H”Dþ\ô@úŠ²¢#_®(¨æ¦V�x ”Âùõ0Ei®ú¤§í™‘)²4O!Zî£óô…ÆäÜã‚j½fÅËK:Ed$�LŸhJCi�“þÞK—©²^œØd‹#.à?è)‚}ƒŸâKŠàÁ�»Cžž ú!å=Û€« ¢†½ÛЈ}H×|£#žÔ™!(¶×¥‡QxÎQƒ�Ãý1-Ý2>åçòD«2(Ó3:LÅ>¢Ûd�9ÞhäôêPf´êà7y@mP�œÄÖítú«ª� ®Å� ×µÓöÛ3QxÒ¡¨ÉT#š%f©mÙ‰ÒYíU"xl:Ž÷ZfNJø‹Ø`^�‡�£ˆ 4%*�Bãªy-ÕÔ¶pJŽDóp@DCÁÇ* IÑ×áÃ\™JÆj{h�úÂûª˜mÃ1^`T�ôyÍ·’£½¤Š¸±}.ªsjy–w³\ÇGk¬ÿÿ@65Ñ é�É Û¼X‹ÓUÐ�é@Tdg¬Ò—bפP�;}¬ÍľÄNßS¨VǪ®xQ”´ÑD�Õ`O7�ÍÉ3Þº ‚"%»Øé$*“>En›Þ÷GR`Óï·elë²fÔfM¶Ædÿ¬x¯|VØhЂ]„ª2ÐkR#hÂ.bUÌò¶cŽ1 W¦Ïî"Š/Yým£‚àˆzmãê#åAáëh]CqÅ¥ñº~"»ÆŲ óÞA®ù‚~šlœ•áBôi _uu/(e÷ê4ˆu¬Kç©Z7pÉÞï (TyYQÛ»ÂY¦Õ±*®å÷0ÁÉÅIò\€>(P™‹G�9|Šã‘"'=X~S �6$ëAËef‹À%F³³%ù{ì®K†óX’1ôÚ¶oŸœ„¬“ªO©í”¡ÙD�ÔÚBï.�[_7N¤�‡¤�ëvhu¬·‡óö<¯ÐX�ð.–±À‘¹ÓuNÎ,:Ä™àLéd»Ïr\¢¶Q ºRܸ&@ ôMâ¢8 pè°î°^kp·�ì¼2ã÷–[ÑWÆu6iVÔVE±†� Ì {‡Ù’œBØͦG©®¥GÆ]±þG –ceË_‰õØ}ˆÍ•„èÝo^××{�Rjb½ÚÌò»åÆ}ÙcèÄO\6éäßX´Ì¦ÝpƹÒe«ÊíràoýgÁ}[q�.ë0¢d»Ér‚.5¥Ž#MU�äcўؓ�rô¥ˆ½\ì6ôÂQdÞ)cÕ¯ö„ŒÚ+4„mÿ2ãŽuîöXÉÏUÎ@$Õ©©�Dì:yJÁ,'SŠ¦`à¬uÆ%Ø]0bhÂ=k$I¯GE|-*tD%X*Áí0,„™å�ÌcY[ƒaß±à·Dˆ ¯^³ÙùŠ$æQí™_°§‚¡‹ò±±„X15fß'ú†vðªÚW{ŸaMÒ¯÷n„†S¨’g7¾›nd´éÙ†jã«MŽ4‘èÐxüO”~i¹‰Aw�á\» -þDÍúTà TºOE›¶2ÔC§ª«öS®yu Ãj7y£"©êvNø,Ó¼ÌþÝ4¸È;ž³s–ßM¶g›í—éV.Ák�ÞެȆÃG¯ º&í‘@ÚØuïP@íïÉhLIéâÙ-ç»´‚½¸tÎS'hcaJÈTÖ §=Z4kž~ÍÍZqíù|šô-Þ¢uwë1y Þù¥`]_7]e]ì[7W9Ò;]ß°úÛÕš½;vù‡òPNYPÓ½tWŸûIcü\ÒÝJŒ›€kl‚‡�¨GŸpÐÌ�š Ë}—æš…áõ÷¯u–ž±8š8„˜„~<£LSAyñ+½;[?Öâúº½{ÞQªƒ³úFÆ]_ÜÅ.—Ü/9G·µª(+º_UbœçÞÅF–×=1�NeºF”˳&ˆc.;`¯±Ì{‰`Äo ÖOôT\½æø²¶üB·3ŸJ׎¯î‚ù"÷É&w£-:wå2ªmž�]'êJvs§ù¼±K÷�DÖ!³Þ6“ÖñbƼ,}õ@ ðÛ¬N$~K±qˆ)‚GqvÚÞÞ<w{ó÷í ,…1é*QEÜŸD°_sÙ(¼|ا/[¨ïì·±óêžýowZK>[<ð�ïXQ�‡ã_—Cì!bh°Ã¸ýºÜ‘Q ê¦]…õU˜ÿU¨|WÛE"m#<)b4K_Y=©¬n•íÒ:¾Žç·èª$™€µy"»ªÚ¾ªÿ÷)Þ9\œ2fÐÿ'–þè endstream endobj 5 0 obj <> endobj 6 0 obj <> endobj 7 0 obj <> endobj 8 0 obj <> endobj 9 0 obj <> endobj 10 0 obj <> endobj 11 0 obj <> endobj 12 0 obj <> stream xœíÁ1  õOm_ x Uì endstream endobj 13 0 obj <> stream xœíÁ1  õOm/ ~¤ endstream endobj 14 0 obj <> stream xœíÁ� à ùS_á U ¯G¸ endstream endobj 15 0 obj <> stream xœíÁ  ÷Om7 €Wè endstream endobj 16 0 obj <>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/MediaBox[ 0 0 595.32 842.04] /Contents 17 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 3>> endobj 17 0 obj <> stream xœ•Z[oÛ¸~/Ðÿ GHñ&ŠÀb�n»ÝÓƒ-,òÖ샫¶"ß`Ig±ÿþÌ)Y´)9A�4¢¨áÜç›a>�ÚêgñÒF¿üòð©m‹—M¹Š~<<Ž?<ý{,‹uµ/Úê°ÿõ×è·/Ÿ£ßž>~xøÊ"Æ’TFO??~`Q ÿX¤R™ä<Ò&K�žv?¤ÑüññÃ�8_ü=ý÷ã‡ßá{¤1|ÅÒDÈñW?âhb/c"‘pBΓ<ì�~ÿþ9ŠQšïŸ¿}‰Ò‡?‹ý:Š«Õý·/O1î±Ï¸NTi¦Q K|Wî«6¹à¿Í/…gJ'Äॹ!FF›¼½,pÈ%ƒ™&éÇN¡Ebü�S[ó4É.È7U¹�÷<ÏãU Ïûõ‚¥ôf¿¸71½2q½-ºUUÛ¸hx\íÛŽˆñ«Ó®j:»rWmñMUWøŸ£�oiáT,t¼wË+\§• Ñ5ñ¿>â`=)¼µdfÒ„÷í§ö qµ÷pZˆxWláT–™øˆ'3n¡)à=>·¸ Y\5 ¯Œ+`VÅzsç^¶å†>Ó1)éT¢„#b©ª»›FH°‹ðlIYÄRíÈŒxœ còDjŸYôZlQ£#¶Häïrq¯âSõÐuÕ|¼y\oƒŒ£sÙãHu4ó•h‚:Lì›/‹{M\Z«“ýá xÈ’<ì°¥Oð%||ÏãÁQÑ&è_è^Vb®÷±¼7öHäŸa%Of|Om‰bœª)ÅH)Áü�í¡�Ú¹"Íüí÷“{u’ò ijÖ‹ü¦Ý„BR–úØÛJH¯ªeÑÚ˜§Þû¹:nº…‰wnÞ6Ûò†:4õdm×T šY¨4þ¶'bó&[n�R=&eÉ¼è« œ‚±>3€1o –êD˜Þ!‘‡q05eÓ‹,®
Tetap terhubung dengan kami untuk Update info terbaru agenda-agenda PTM Kementerian Kesehatan Indonesia.
Ditemukan 6124 dari pencarian Anda melalui kata kunci: Subjek : "Pt.Pos Indoensia (persero) Regional VI JawaTengah "
Saat ini anda berada pada halaman 61 dari total 613 halaman
Permintaan membutuhkan 0,00192 detik untuk selesai
Demam tifoid, juga dikenal sebagai tipes, adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi. Penyakit ini dapat memengaruhi banyak organ dalam tubuh dan berpotensi menyebabkan komplikasi serius jika tidak segera diobati.
Demam tifoid atau tipes adalah infeksi bakteri yang dapat menyebar ke seluruh tubuh dan mempengaruhi berbagai organ. Tanpa pengobatan yang cepat, penyakit ini dapat menjadi fatal.
Penyakit tipes disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A, B, atau C. Biasanya, periode inkubasi penyakit ini berlangsung sekitar 3-60 hari. Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan kotoran yang mengandung bakteri tersebut, seperti saat mengonsumsi makanan yang terkontaminasi oleh lalat yang membawa bakteri tersebut.
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena demam tifoid adalah:
Tinggal di negara dengan sanitasi yang buruk dan akses terbatas ke air bersih.
Bekerja di atau melakukan perjalanan ke daerah yang sering terjadi demam tifoid.
Usia anak-anak yang rentan terhadap infeksi karena sistem kekebalan tubuh mereka belum sepenuhnya berkembang.
Kontak dekat dengan orang yang terinfeksi atau baru saja terinfeksi demam tifoid.
Mengonsumsi air atau makanan yang tercemar oleh kotoran yang mengandung Salmonella typhi.
Gejala demam tifoid atau tipes bervariasi, namun beberapa tanda yang perlu diwaspadai adalah:
Demam yang berlangsung lebih dari seminggu dan tidak merespon terhadap obat penurun panas. Demam dapat meningkat secara bertahap setiap harinya dan berlangsung hingga 3 minggu jika tidak diobati.
Kelelahan yang berlebihan.
Nyeri pada persendian dan otot.
Perut terasa kembung atau nyeri.
Diare atau sulit buang air besar.
Penurunan berat badan atau nafsu makan.
Demam tifoid atau tipes dapat didiagnosis melalui serangkaian tahap berikut:
Wawancara medis: Dokter akan menanyakan riwayat gejala dan faktor risiko yang dialami pasien.
Pemeriksaan fisik: Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda seperti lidah kotor, pembesaran organ dalam tubuh, dan ruam di kulit. Suhu tubuh dan tanda vital lainnya juga akan diperiksa.
Uji Widal: Uji ini digunakan untuk mendeteksi adanya aglutinin serum pada darah pasien yang menunjukkan infeksi demam tifoid.
Uji antibodi Salmonella typhi: Uji ini dilakukan untuk mendeteksi antibodi IgG dan IgM terhadap bakteri Salmonella typhi dalam darah pasien.
Pemeriksaan kultur darah dan PCR: Pemeriksaan ini merupakan metode yang lebih definitif untuk mengidentifikasi bakteri penyebab demam tifoid. Namun, biasanya hanya dilakukan dalam kasus yang lebih kompleks atau sulit didiagnosis.
Jika seseorang diduga terkena demam tifoid, disarankan untuk segera mencari pengobatan dari dokter. Pasien tipes dapat ditangani oleh dokter umum, sementara pasien anak-anak dapat ditangani oleh dokter spesialis anak.
Pengobatan demam tifoid atau tipes umumnya meliputi:
Istirahat yang cukup.
Asupan nutrisi yang sesuai, termasuk melalui cairan infus jika sulit makan karena mual dan muntah.
Pemberian antibiotik sesuai anjuran dokter, yang dipilih berdasarkan tingkat keparahan penyakit dan sensitivitas individu terhadap antibiotik tersebut.
Obat untuk mengatasi gejala lain seperti mual, muntah, nyeri perut, dan gangguan pencernaan.
Pencegahan merupakan langkah terbaik untuk menghindari demam tifoid atau tipes. Beberapa cara pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:
Menghindari daerah dengan tingkat infeksi tipes yang tinggi.
Menjaga kebersihan sanitasi di lingkungan sekitar.
Menghindari konsumsi makanan yang tidak higienis.
Menghindari makanan mentah.
Selalu mencuci tangan sebelum makan dan setelah menggunakan toilet.
Mendapatkan vaksinasi yang disarankan.
Jika tidak ditangani dengan baik, demam tifoid dapat menyebabkan komplikasi serius pada sistem pencernaan, hati, jantung, dan sistem saraf. Dua komplikasi yang umum terjadi adalah pendarahan internal dalam sistem pencernaan dan perforasi usus yang dapat menyebabkan infeksi menyebar ke jaringan di sekitarnya. Komplikasi lainnya termasuk hepatitis, kolesistitis, miokarditis, syok, ensefalopati, pneumonia, dan anemia.
Artikel serupa tentang penyakit tipes sudah pernah tayang di KlikDokter.
Ditemukan 6124 dari pencarian Anda melalui kata kunci: Subjek : "Studi Pada Nasabah Bank Rakyat Indonesia BRI Unit "
Saat ini anda berada pada halaman 65 dari total 613 halaman
Permintaan membutuhkan 0,08109 detik untuk selesai
Penyakit arteri perifer (bahasa Inggris: peripheral artery disease) adalah penyakit penumpukan pada arteri yang membawa darah ke kepala, organ, dan anggota tubuh lain. Plak terdiri dari lemak, kolesterol, kalsium, jaringan fibrosa, dan zat lain dalam darah.[2] Penyakit arteri perifer biasanya menyerang arteri pada kaki, baik pada satu kaki maupun kedua kaki secara bersamaan. Meski demikian biasanya rasa nyeri terasa lebih buruk pada satu kaki.[3] Selain itu kondisi ini juga dapat memengaruhi arteri yang membawa darah dari jantung ke kepala, lengan, ginjal, dan perut. Penyakit arteri perifer sering memengaruhi arteri kaki, namun juga bisa berdampak pada arteri yang mengalirkan darah dari jantung menuju kepala, lengan, ginjal, dan perut.[4]
Penyakit ini disebabkan karena:
Arterosklerosis yakni penyumbatan pembuluh darah yang terjadi pada daerah tubuh tertentu. Penyempitan ini disebabkan oleh timbunan lemak pada dinding arteri yang berasal dari kolesterol atau zat buangan lain (artheroma). Akibatnya kaki terasa sakit, terutama saat berjalan (klaudikasio).[5] Biasanya penyumbatan ini bisa bertahap dari sumbatan ringan sampai hampir dari seluruh lubang pembuluh darah tersumbat. Arterosklerosis yang terjadi di pembuluh darah jantung biasanya akan menyebabkan penyakit jantung koroner atau serangan jantung, namun jika terjadi pada daerah perifer seperti kaki atau tungkai bawah dinamakan penyakit arteri perifer.[6] Dari waktu ke waktu, plak ini akan menggumpal dan mempersempit arteri. Hal ini dapat membatasi aliran oksigen dalam darah menuju organ tubuh dan bagian anggota tubuh lainnya.
Inflamasi pembuluh darah seperti trauma fisik pada daerah tungkai, anomali anatomis dari ligamen dan otot serta paparan radiasi yang berlebihan semasa hidup penderita.[7]
Beberapa faktor risiko penyakit arteri perifer, antara lain:
Terdapat beberapa cara untuk mendiagnosis penyakit ini diantaranya:
Gejala atau tanda penyakit arteri perifer yakni:
Penderita dengan gejala yang ringan umumnya tidak memerlukan pengobatan karena dapat diperbaiki dengan mengganti dengan gaya hidup sehat. Pemberian obat-obatan tertentu bisa diberikan untuk meredakan gejala dan mencegah penyakit ini semakin parah. Tujuan pemberian obat untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah,[13] mencegah terbentuknya gumpalan darah, serta memperlebar pembuluh darah serta mengurangi komplikasi serius seperti stroke & serangan jantung.
Penderita penyakit arteri perifer dengan gejala berat, bisa diobati dengan angioplasti, yakni sebuah prosedur yang menggunakan kateter untuk menghilangkan plak yang menumpuk dan memperlebar pembuluh darah. Kateter tersebut dimasukkan ke nadi, kemudian diarahkan ke pembuluh darah yang tersumbat. Balon yang ada di ujung kateter akan dikembangkempiskan untuk mendorong plak dari pembuluh darah. Cara ini akan memungkinkan darah mengalir dengan lebih baik. Dokter juga bisa memasangkan stent (cincin atau ring) untuk mencegah pecahnya pembuluh darah. Selain angioplasti, pilihan lainnya untuk mengobati penyakit arteri perifer adalah operasi bypass, di mana pembuluh darah dari bagian tubuh lain dicangkok dan digunakan untuk mengalihkan rute aliran darah.[14]
Cara mencegah penyakit arteri perifer yakni dengan menjaga gaya hidup sehat, diantaranya:
Gejalanya bervariasi tergantung pada varietas jagung, lingkungan dan tingkat keparahan penyakit. Penyakit ini biasanya berkembang pada akhir musim dan selama penyimpanan. Biji yang sakit dengan jamur berwarna putih agak merah muda berselang-seling di antara yang tampak sehat. Biji juga dapat menunjukkan perubahan warna. Biji mungkin berubah warna menjadi sawo matang atau cokelat. Perubahan warna mengikuti pola radial dari bagian atas biji. Jika kondisi mendukung perkembangan penyakit (cuaca hangat dan kering, kehadiran hama), tongkol mungkin sepenuhnya dikoloni oleh jamur dan terlihat pertumbuhan jamur yang berlimpah. Seluruh tongkol tampak layu dan biji mungkin seluruhnya busuk. Hasil panen biji-bijian berkurang. Jamur menghasilkan racun, membuat tongkol tidak bisa dimakan.
Larutan berbasis bakteri Pseudomonas fluorescens dapat digunakan sebagai perlakuan benih dan sebagai semprotan untuk mengurangi timbulnya penyakit, dan produksi racun.
Selalu pertimbangkan pendekatan terpadu berupa tindakan pencegahan bersama dengan perlakuan hayati jika tersedia. Fungisida yang diberikan awal musim dapat membatasi infeksi tongkol. Karena kerusakan terjadi di tongkol, fungisida bukan cara paling efektif untuk melawan penyakit ini. Pertimbangkan untuk mengendalikan hama serangga yang melukai tongkol dan mendukung pertumbuhan jamur. Produk yang mengandung propikonazol 1 ml / l dapat digunakan pada tahap pengerasan biji untuk mengendalikan jamur.
Penyakit ini terutama disebabkan oleh jamur Fusarium verticillioides, tetapi spesies lain dari Fusarium dapat memicu gejala yang sama. Jamur ini bertahan hidup pada biji, sisa-sisa tanaman atau inang alternatif seperti rumput. Spora terutama disebarkan oleh angin, memasuki tongkol jagung terutama melalui luka-luka akibat hujan es, atau kerusakan akibat bekas gigitan serangga dan burung, atau luka tanaman selama pekerjaan di lahan. Jamur ini berkecambah dan secara bertahap mengkoloni biji dari titik masuk. Atau, ia dapat mulai mengkoloni tanaman dari akar dan naik ke atas melalui pertumbuhan sistemik. Tanaman dapat terinfeksi dalam berbagai kondisi lingkungan, tetapi gejalanya menjadi sangat parah ketika cuaca hangat dan kering dan tanaman telah mencapai tahap berbunga. Ini adalah jamur yang paling umum pada jagung.